Seperti yang telah diketahui, bahwa didunia ini Allah SWT menciptakan segala sesuatu itu berpasangan. Ada hitam-putih, ada baik-jahat, manis-pahit, ada gula ada semut, depan belakang, atas bawah, kanan kiri, dan masih banyak lagi. Namun yang paling sakral terkait perasaan satu sama lain mengenai cinta adalah PRIA dan WANITA. Tidak ada manusia yang dapat mengingkari kodrat untuk mencintai lawan jenisnya terkecuali manusia abnormal. Tidak usah dipaparkan lagi, mengingat tindakan abnormal tersebut sekarang sudah marak di berbagai media, bahkan ironis sekali, perbuatan tersebut sekarang sudah berani dilakukan di depan khalayak.
Salah satu bagian atau babak kehidupan manusia adalah masa dimana seorang anak manusia mulai menyukai dan atau merasa nyaman dengan lawan jenis meupun sesama jenis yang lazim disebut dengan cinta. Dari dahulu pujangga berusaha untuk mengungkap rahasia di balik cinta. Ibarat manusia adalah tumbuhan sedangkan cinta adalah air, dimana keduanya saling melengkapi dengan kekuatannya untuk bertahan hidup menghadapi segala ujian dan rintangan..
Cinta adalah anugrah dari Sang Pencipta yang begitu besar maknanya bagi kehidupan. Karena dari cinta, akan timbul berbagai perspektif pandangan mengenai rasa, asa, dan bahasa. Rasa menunjukan suatu hal ihwal dari benak diri untuk menikmati indahnya hidup dengan cinta. Asa yaitu suatu bentuk pengharapan yang sangat spasial untuk mengarungi peliknya hidup yang sirat akan ujian, tantangan, dan hambatan. Karena dengan cinta, asa yang pelih , tereliminir dengan penuh kedamaian. Sedang dari bahasa, menunjukan cinta dapat menampilkan nilai estetika yang sangat klimaks melalui pelafalannya. Walaupun abstrak, hal tersebut dapat dirasakan secara nyata dalam realita hidup yang semakin tabu.
Cinta adalah sebuah penerimaan tanpa sebuah tuntutan, dia bukan sebuah keegoisan untuk setiap ketidakberdayaan, tapi dia adalah penopang untuk setiap kekalahan. Cinta adalah kepasrahan jiwa, sebuah keindahan tanpa sebuah kecemburuan, karena cemburu akan menjadikan cinta sebagai awal sebuah perpecahan
Cinta seorang laki-laki kepada wanita dan cinta wanita kepada laki-laki adalah perasaan yang manusiawi yang bersumber dari fitrah yang diciptakan Allah SWT di dalam jiwa manusia , yaitu kecenderungan kepada lawan jenisnya ketika telah mencapai kematangan pikiran dan fisiknya.
"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri , supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya , dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang .Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (Ar Rum ayat 21)
Dua sejoli, ditakdirkan hidup berdampingan dan berpasangan . Mengingat nenek moyang kita selaku nabi pertama, manusia pertama, Adam As. pun hidup berdampingan dengan lawan jenisnya., Siti Hawa. Benih-benih cinta yang dituai oleh mereka begitu indah namun membuat mereka hanyut dalam kefanaan.Karena bujukan setan selaku makhluk yang dikutuk oleh Allah, menjerumuskan Adam Dan Hawa untuk terjun ke dunia dan meninggalkan indahnya surga Ini membuktikan, cinta perlu ada batasan agar tidak terseret dalam bujukan dan implikasi negatifnya. Dengan landasan imanlah cinta akan selalu berorientasi kepada kebenaran. Cinta kepada Allah, haruslah melibatkan segala aspek jiwa dan raga yang tidak bisa di stratakan dengan hal-hal lain.
Kata cinta, identik dengan apa yang disebut dengan pacaran. “Pacaran”, sebuah kata yang sangat menarik untuk dibicarakan. Seakan tak ada usainya, sepanjang roda dunia ini masih berputar. Pro-kontra mengenainya pun sudah ada sejak pacaran itu sendiri ada, yang menurut saya sudah ada sejak diciptakannya Hawa–ibubangsa manusia. Adalah hal yang wajar bagi generasi muda untuk selalu ingin tahu tentang segala sesuatu, bahkan akan menjadi aneh bila orang muda tidak ingin banyak tahu. Demikian juga tentang pacaran, generasi muda Islam saat ini pun seringkali menanyakan hal pacaran. Namun kebanyakan yang ditanyakan adalah mengenai fikih
Pacaran menurut khalayak umum dapat diartikan sebagai suatu proses penjajakan, pengenalan antara dua lawan jenis dengan melibatkan istilah “ sayang " dan " cinta " sebagai alasan menjalin hubungan tersebut. Sikap saling perhatian satu sama lain akan timbul seiring hubungan yang berjalan. Diikrarkan dalam satu ikatan dengan istilah anak muda sekarang yaitu " jadian" maka status pacaran sudah dapat diraih oleh sepasang manusia yang saling mencinta. Bukan zaman Siti Nirbaya lagi yang mengedepankan tuntutan hidup dengan cinta dari sebuah kekayaan dan kehormatan, namun sekarang sudah saatnya cinta berbicara dari perbuatan, tingkah dan ucap demi tercapainya suatu hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang.
Begitulah interpretasi khalayak umum mengenai pacaran dengan melibatkan cinta. Begitu variatif dogma-dogma yang terkandung didalam cinta yang dapat menimbulkan pro dan kontra. Namun keseluruhan tentang cinta menunjukkan orientasi yang baik untuk kehidupan manusia.
Kembali pada pokok permasalahan utama mengenai "pacaran" Tema yang sangat menarik untuk dikaji, mengingat masalah yang timbul antara pro dan kontra menghadirkan persepsi beragam Menurut saya pacaran adalah sebuah usaha dimana laki-laki dan wanita menjalin sebuah hubungan dimana terdapat 3 faktor yaitu :
- Motivasi
- Evaluasi
- Introspeksi dan mawas diri.
Motifasi adalah dorongan kuat untuk berbuat lebih baik atas kemauan yang bias berasal dari dalam diri maupun dari luar.
Disini kekuatan cinta dalam pasangan begitu dahsyat sehingga dari keduanya timbul I’tikad untuk menjadikan salah satu dari pasangan ataupun sebaliknya sebagai acuan dan dorongan. Maksudnya dengan status pacaran yang dimiliki, kredibilitas, intelegensi, serta kapabilitas untuk bekerja ataupun melakukan sesuatu menjadi lebih terarah karena tujuan yang dicapai. Misalkan seorang siswa SMA ataupun SMP yang sedang mengalami masa pubertas dilanda dilemma dalam proses belajar mengajar. Dia kesulitan berkonsentrasi dalam memahami materi dalam KBM disekolah. Siring waktu berjalan, dia menemukan sosok ideal vigor wanita/pria sebagai motifator dia untuk lebih semangat lagi dalam belajar. Hal tersebut tentu sangat membantu kepada individu yang sedang terpuruk dari sebuah dilemma kehidupan.
Namun tidak menutup kemungkinan dari pacaran tersebut bisa menghancurkan sesame, karena penyiasatan yang tidak terarah sebagai implikasi penyelewengan dari komitmen yang dibuat.Tetapi jangan sampai hal tersebut menyulut kita untuk bertindak diluar batasan moral yang ada.
Apa itu evaluasi? Evaluasi disini dimaksudkan sebagai ajang mengoreksi satu sama lain dalam sebuah pasangan , dalam sebuah hubungan jika didalamnya terdapat kesalahan, lantas diberi arahan agar kesalahan dan segala kekurangan tersebut dapat dieliminir dan dikaji sebagai bahan pembelajaran. Sebagai contoh, kekurangan yang dimiliki oleh si A dapat ditutupi oleh kelebihan si B, ataupun sebaliknya. Dengan adanya evaluasi, semakin memantapkan hati untuk selalu konsisten dalam menyikapi segala tindakan ucap, dan perbuatan agar tidak terjadi kesalahan yang berakibat goyahnya suatu hubungan yang sudah terbina dengan baik.
Introspeksi dalam berpacaran yang dimaksud adalah sebuah tindakan dimana dengan kesadaran yang dimiliki pribadi seorang diri, akan selalu bercermin, menelaah diri, mencari dimana letak kesalahan agar menemuai titik temu yaitu suatu sikap mawas diri/ rendah hati. Hubungannya dengan prosesi berpacaran adalah seseorang akan selalu berintrospeksi diri, tidak pernah bersikap arogan jika dihadapkan dalam masalah yang cenderung pelik. Dengan berpacaran yang terarah maka dampak positif akan terwujud dalam sikap dan perilaku kita. Inilah yang dirasakan oleh saya ketika menyulam cinta dengan lawan jenis. Dimana, perilaku negatif yang biasa dilakukan, sedikit demi sedikit dapat dikurangi dengan perhatian dan dedikasi dari lawan jenis yang dimiliki.
Dengan definisi dasar bahwa pacaran itu adalah interaksi dan saling mencintai, maka pacaran secara dasar hukum adalah netral. Karena interaksi dalam Islam itu adalah netral, akan tergantung bentuknya. Sementara tidak ada larangan bagi umat Islam untuk mencintai lawan jenisnya.
Dengan demikian sekali lagi pacaran adalah netral, tergantung bagaimana kita melakukannya. Dengan netralnya pacaran, berarti pula ada pacaran yang Islami dan ada pacaran yang tidak Islami. Lebih lanjut lagi jika kita tinjau dari segi asal kata, pacaran berasal dari kata dasar “pacar”, yang artinya kurang lebih adalah seseorang –lawan jenis tentunya- yang kita cintai namun belum menikah dengan kita. Maka semakin jelaslah bahwa pacaran itu adalah netral. Karena sekali lagi bahwa mencintai seseorang lawan jenis adalah tidak terlarang dalam Islam. Seperti kisah Umar bin Abu Rabi’ah tentang seorang pemuda Arab yang lagi jatuh cinta, yang dilukiskan dengan begitu indah di dalam buku “Taman Orang-orang Jatuh
Salah satu bagian atau babak kehidupan manusia adalah masa dimana seorang anak manusia mulai menyukai dan atau merasa nyaman dengan lawan jenis meupun sesama jenis yang lazim disebut dengan cinta. Dari dahulu pujangga berusaha untuk mengungkap rahasia di balik cinta. Ibarat manusia adalah tumbuhan sedangkan cinta adalah air, dimana keduanya saling melengkapi dengan kekuatannya untuk bertahan hidup menghadapi segala ujian dan rintangan..
Cinta adalah anugrah dari Sang Pencipta yang begitu besar maknanya bagi kehidupan. Karena dari cinta, akan timbul berbagai perspektif pandangan mengenai rasa, asa, dan bahasa. Rasa menunjukan suatu hal ihwal dari benak diri untuk menikmati indahnya hidup dengan cinta. Asa yaitu suatu bentuk pengharapan yang sangat spasial untuk mengarungi peliknya hidup yang sirat akan ujian, tantangan, dan hambatan. Karena dengan cinta, asa yang pelih , tereliminir dengan penuh kedamaian. Sedang dari bahasa, menunjukan cinta dapat menampilkan nilai estetika yang sangat klimaks melalui pelafalannya. Walaupun abstrak, hal tersebut dapat dirasakan secara nyata dalam realita hidup yang semakin tabu.
Cinta adalah sebuah penerimaan tanpa sebuah tuntutan, dia bukan sebuah keegoisan untuk setiap ketidakberdayaan, tapi dia adalah penopang untuk setiap kekalahan. Cinta adalah kepasrahan jiwa, sebuah keindahan tanpa sebuah kecemburuan, karena cemburu akan menjadikan cinta sebagai awal sebuah perpecahan
Cinta seorang laki-laki kepada wanita dan cinta wanita kepada laki-laki adalah perasaan yang manusiawi yang bersumber dari fitrah yang diciptakan Allah SWT di dalam jiwa manusia , yaitu kecenderungan kepada lawan jenisnya ketika telah mencapai kematangan pikiran dan fisiknya.
"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri , supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya , dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang .Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (Ar Rum ayat 21)
Dua sejoli, ditakdirkan hidup berdampingan dan berpasangan . Mengingat nenek moyang kita selaku nabi pertama, manusia pertama, Adam As. pun hidup berdampingan dengan lawan jenisnya., Siti Hawa. Benih-benih cinta yang dituai oleh mereka begitu indah namun membuat mereka hanyut dalam kefanaan.Karena bujukan setan selaku makhluk yang dikutuk oleh Allah, menjerumuskan Adam Dan Hawa untuk terjun ke dunia dan meninggalkan indahnya surga Ini membuktikan, cinta perlu ada batasan agar tidak terseret dalam bujukan dan implikasi negatifnya. Dengan landasan imanlah cinta akan selalu berorientasi kepada kebenaran. Cinta kepada Allah, haruslah melibatkan segala aspek jiwa dan raga yang tidak bisa di stratakan dengan hal-hal lain.
Kata cinta, identik dengan apa yang disebut dengan pacaran. “Pacaran”, sebuah kata yang sangat menarik untuk dibicarakan. Seakan tak ada usainya, sepanjang roda dunia ini masih berputar. Pro-kontra mengenainya pun sudah ada sejak pacaran itu sendiri ada, yang menurut saya sudah ada sejak diciptakannya Hawa–ibubangsa manusia. Adalah hal yang wajar bagi generasi muda untuk selalu ingin tahu tentang segala sesuatu, bahkan akan menjadi aneh bila orang muda tidak ingin banyak tahu. Demikian juga tentang pacaran, generasi muda Islam saat ini pun seringkali menanyakan hal pacaran. Namun kebanyakan yang ditanyakan adalah mengenai fikih
Pacaran menurut khalayak umum dapat diartikan sebagai suatu proses penjajakan, pengenalan antara dua lawan jenis dengan melibatkan istilah “ sayang " dan " cinta " sebagai alasan menjalin hubungan tersebut. Sikap saling perhatian satu sama lain akan timbul seiring hubungan yang berjalan. Diikrarkan dalam satu ikatan dengan istilah anak muda sekarang yaitu " jadian" maka status pacaran sudah dapat diraih oleh sepasang manusia yang saling mencinta. Bukan zaman Siti Nirbaya lagi yang mengedepankan tuntutan hidup dengan cinta dari sebuah kekayaan dan kehormatan, namun sekarang sudah saatnya cinta berbicara dari perbuatan, tingkah dan ucap demi tercapainya suatu hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang.
Begitulah interpretasi khalayak umum mengenai pacaran dengan melibatkan cinta. Begitu variatif dogma-dogma yang terkandung didalam cinta yang dapat menimbulkan pro dan kontra. Namun keseluruhan tentang cinta menunjukkan orientasi yang baik untuk kehidupan manusia.
Kembali pada pokok permasalahan utama mengenai "pacaran" Tema yang sangat menarik untuk dikaji, mengingat masalah yang timbul antara pro dan kontra menghadirkan persepsi beragam Menurut saya pacaran adalah sebuah usaha dimana laki-laki dan wanita menjalin sebuah hubungan dimana terdapat 3 faktor yaitu :
- Motivasi
- Evaluasi
- Introspeksi dan mawas diri.
Motifasi adalah dorongan kuat untuk berbuat lebih baik atas kemauan yang bias berasal dari dalam diri maupun dari luar.
Disini kekuatan cinta dalam pasangan begitu dahsyat sehingga dari keduanya timbul I’tikad untuk menjadikan salah satu dari pasangan ataupun sebaliknya sebagai acuan dan dorongan. Maksudnya dengan status pacaran yang dimiliki, kredibilitas, intelegensi, serta kapabilitas untuk bekerja ataupun melakukan sesuatu menjadi lebih terarah karena tujuan yang dicapai. Misalkan seorang siswa SMA ataupun SMP yang sedang mengalami masa pubertas dilanda dilemma dalam proses belajar mengajar. Dia kesulitan berkonsentrasi dalam memahami materi dalam KBM disekolah. Siring waktu berjalan, dia menemukan sosok ideal vigor wanita/pria sebagai motifator dia untuk lebih semangat lagi dalam belajar. Hal tersebut tentu sangat membantu kepada individu yang sedang terpuruk dari sebuah dilemma kehidupan.
Namun tidak menutup kemungkinan dari pacaran tersebut bisa menghancurkan sesame, karena penyiasatan yang tidak terarah sebagai implikasi penyelewengan dari komitmen yang dibuat.Tetapi jangan sampai hal tersebut menyulut kita untuk bertindak diluar batasan moral yang ada.
Apa itu evaluasi? Evaluasi disini dimaksudkan sebagai ajang mengoreksi satu sama lain dalam sebuah pasangan , dalam sebuah hubungan jika didalamnya terdapat kesalahan, lantas diberi arahan agar kesalahan dan segala kekurangan tersebut dapat dieliminir dan dikaji sebagai bahan pembelajaran. Sebagai contoh, kekurangan yang dimiliki oleh si A dapat ditutupi oleh kelebihan si B, ataupun sebaliknya. Dengan adanya evaluasi, semakin memantapkan hati untuk selalu konsisten dalam menyikapi segala tindakan ucap, dan perbuatan agar tidak terjadi kesalahan yang berakibat goyahnya suatu hubungan yang sudah terbina dengan baik.
Introspeksi dalam berpacaran yang dimaksud adalah sebuah tindakan dimana dengan kesadaran yang dimiliki pribadi seorang diri, akan selalu bercermin, menelaah diri, mencari dimana letak kesalahan agar menemuai titik temu yaitu suatu sikap mawas diri/ rendah hati. Hubungannya dengan prosesi berpacaran adalah seseorang akan selalu berintrospeksi diri, tidak pernah bersikap arogan jika dihadapkan dalam masalah yang cenderung pelik. Dengan berpacaran yang terarah maka dampak positif akan terwujud dalam sikap dan perilaku kita. Inilah yang dirasakan oleh saya ketika menyulam cinta dengan lawan jenis. Dimana, perilaku negatif yang biasa dilakukan, sedikit demi sedikit dapat dikurangi dengan perhatian dan dedikasi dari lawan jenis yang dimiliki.
Dengan definisi dasar bahwa pacaran itu adalah interaksi dan saling mencintai, maka pacaran secara dasar hukum adalah netral. Karena interaksi dalam Islam itu adalah netral, akan tergantung bentuknya. Sementara tidak ada larangan bagi umat Islam untuk mencintai lawan jenisnya.
Dengan demikian sekali lagi pacaran adalah netral, tergantung bagaimana kita melakukannya. Dengan netralnya pacaran, berarti pula ada pacaran yang Islami dan ada pacaran yang tidak Islami. Lebih lanjut lagi jika kita tinjau dari segi asal kata, pacaran berasal dari kata dasar “pacar”, yang artinya kurang lebih adalah seseorang –lawan jenis tentunya- yang kita cintai namun belum menikah dengan kita. Maka semakin jelaslah bahwa pacaran itu adalah netral. Karena sekali lagi bahwa mencintai seseorang lawan jenis adalah tidak terlarang dalam Islam. Seperti kisah Umar bin Abu Rabi’ah tentang seorang pemuda Arab yang lagi jatuh cinta, yang dilukiskan dengan begitu indah di dalam buku “Taman Orang-orang Jatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar